CERPEN CINTA
ANTARA SAHABAT DAN CINTA PERTAMA
Cerpen NN
"Apa kau yakin ingin meninggalkan London ?"tanya gadis cantik itu, rambut lurusnya diikat dua, mata hijaunya berbinar-binar, kulit putihnya sedikit terlihat kemerah-merahan.
"Aku yakin, aku akan pergi ke Jepang, tempat asalku dilahirkan"jawab gadis Jepang itu yakin, gadis itu berambut panjang gelombong coklat muda diikat satu, mata birunya sedikit berbinar.
"Baiklah Megumi, aku harap lain kali kau akan mampir ke London"kata gadis itu sedikit sedih.
"Ya Emily, aku pasti akan mampir kembali dan menghampirimu !"kata Megumi meyakinkan.
"Selamat tinggal Megumi"kata Emily sambil melambaikan tangannya, Megumi pun menaiki pesawat yang akan membawanya ke negeri Sakura.Selama diperjalanan Megumi hanya meneteskan air mata, mengingat sahabat terbaiknya selalu menunggu kehadirannya.
"Emily, aku janji akan kembali"kata Megumi dalam hati sambil meneteskan air mata.
Sesampai di Jepang, Megumi pun mencari kedua orang tuanya, gadis berumur 16 tahun itu mencari kedua orang tuanya, Megumi pun menemukan mereka, kedua orang tuanya sekarang sudah terlihat tua, setelah selama 4 tahun tidak bertemu orang tuanya, Megumi bersekolah di London bersama Tante dan Omnya.Megumi pun memeluk orang tuanya.
"Mama, Papa.Megumi rindu pada kalian"kata Megumi meneteskan air mata rindu.
"Kami juga merindukanmu nak"kata Mama yang juga menitikkan air mata haru.Megumi pun pulang ke rumah yang selalu ia rindukan.Di rumah sudah ada Nana, adik tersayangnya yang masih berusia 10 tahun, Megumi pun memeluk adik tersayangnya.
"Shimai, Nana rindu sekali sama Shimai"kata Nana senang melihat kakaknya sudah pulang.
"Shimai juga rindu padamu Nana"kata Megumi.Megumi pun menuju kamar tidurnya, tidak ada perubahan dengan kamarnya saat berusia 12 tahun.Dinding berwarna kuning itu masih dihiasi beberapa lukisan karya Megumi, dan sebuah jam dinding hijau kesayangan Megumi, bed cover hijau polkadot putih itu masih dihiasi sebuah boneka beruang kesayangan Megumi saat kecil, lemari kayu, meja rias putih, dan sebuah meja berukuran sdang masih terletak rapi di kamar itu, Megumi pun merebahkan diri di bed cover itu sambil memeluk boneka beruangnya, tiba-tiba handphonenya berdering, tertera sebuah pesan telah berada di kontak handphone tersebut, Megumi pun membaca pesan itu,
" Megumi bagaimana perjalananmu ? Apakah berjalan lancar ? Aku harap begitu.Adikku, Eiji menangis terus karena tau kau pergi jauh dari London.Aku masih menunggumu sahabatku..."
Megumi pun membalas pesan itu,
" Perjalananku berjalan lancar, oh iya titipkan salamku untuk keluargamu terutama Eiji.Aku rindu pada adik kecilmu itu, aku rindu tawa Eiji.Aku pasti akan kembali ke London, tunggu aku ya"
Megumi pun mengirim pesan itu.Megumi pun mulai menutup matanya.
Sinar mentari membangunkan gadis cantik yang sedang terlelap lelah setelah menempuh perjalanan jauh, Megumi pun bergegas membersihkan diri, tidak begitu lama Megumi pun selsai berbersih diri, ia pun duduk di meja riasnya, Megumi mengoleskan bedak, dan blush di wajah putihnya, sedikit lipsgloss teroles rapi di bibirnya.Rambut gelombangnya digulung dua.Selesai berdandan, Megumi pun menuruni tangga dan menuju ruang makan, di meja makan tersebut sudah tersedia semangkuk mie khas Jepang, dan teh hijau khusus untuk Megumi.Megumi pun menyantap sarapan tersebut,
"Shimai kapan mulai sekolah kembali ?"tanya Nana dengan suara imutnya.Megumi pun menelan mienya,
"Mungkin menunggu sampai sekolah Shimai membuka peserta didik baru"jawab Megumi.
"Hm..Mama..Mama, Shimai akan bersekolah dimana ?"tanya Nana lugu kepada Mama.
"Megumi akan bersekolah di High School Saiensu"jawab Mama kepada putri keduanya.Megumi pun selesai memakan sarapannya, ia pun menuju kamarnya,
"Hm..Mungkin aku harus berjalan-jalan keluar rumah untuk menghirp udara segar"kata Megumi, lalu mengambil jaket putihnya, lalu turun menuju pintu.
"Megumi, kau mau kemana ?"tanya Mama.
"Aku mau menghirup udara segar Ma"jawab Megumi sambil membuka gagang pintu.
"Hati-hati ya nak !"kata Mama.Megumi pun mulai berjalan-jalan, ia pun duduk di bangku Taman
Bunga Sakura.Tiba-tiba ada seseorang yang tak sengaja menumpakkan air mineralnya dijaket
Megumi.
"Ah..Maaf"kata seorang laki-laki kepada Megumi, laki-laki itu tampan, rambutnya berwarna coklat muda, mata hitamnya terlihat ada penyesalan.
"Tak apa"jawab Megumi, pipi Megumi bersemu merah, sepertinya ia menemukan cinta pertamanya.
"Siapa namamu ?"tanya laki-laki itu.
"Namaku Megumi Natsuko, kamu dapat memanggilku Megumi"jawab Megumi, pipinya masih
bersemu meah.
"Namaku Katashi Masuo, kamu dapat memanggilku Katashi"kata Katashi ramah.
"Kamu masih bersekolah ? Lalu sekolahmu dimana ?"tanya Megumi memberanikan diri.
"Aku masih sekolah di High School Saiensu"jawab Katashi.
"Aku juga akan masuk HSS loh"kata Megumi.
"Yang benar ? Kau akan jadi murid baru ya di kelas 10, berarti kau harus memanggilku Ani dong
hahahaha"canda Katashi.
"Enak saja, aku akan masuk kelas 11"jawab Megumi.
"Semoga kau sekelas denganku, eh sudah dulu ya.Aku ada janji dengan sahabatku, sampai bertemu di HSS"kata Katashi sambil melangkah pergi.Megumi juga bergegas pulang, sesampai di rumah, Nana menyambut Shimainya.Megumi pun menuju kamarnya,
"Aku tak sabar menunggu saat aku masuk HSS"kata Megumi dalam hati, Megumi tidur lelap di
bed covernya...
Sepanjang hidup, kita seolah tak berhenti berusaha menaklukkan cinta. Cinta harus satu, cinta tak boleh dua, cinta maksimal empat, dan seterusnya. Jika cinta matematis, pada angka berapakah ia pas dan pada angka berapakah ia bablas? Dan kita tak putus merumuskan cinta, padahal mungkin saja cinta yang merumuskan kita semua. Infinit merangkul yang finit. Hidup berpasangan katanya sesuai dengan alam, seperti buaya yang hidup monogami tapi ironisnya malah menjadi ikon ketidaksetiaan.
Namun terkadang kita melihat seekor jantan mengasuh sekian banyak betina sekaligus, berparade seperti rombongan sirkus. Dan itu pun ada di alam. Lalu ke mana manusia harus bercermin? Sebagaimana semua terpecah menjadi dua kutub dalam alam dualitas ini, terpecahlah mereka yang percaya cinta multipel pastilah sakit dan khianat dengan mereka yang percaya cinta bisa dibagi selama bijak dan bajik. Yang satu bicara hukum publik dan nurani, yang satu bicara hukum agama dan kisah hidup orang besar. Yang satu mengusung komisi anti itu-ini, yang satu menghadiahi piala poligami.
Merupakan tantangan setiap kita untuk meniti tali keseimbangan antara intuisi individu dan konsensus sosial. Sukar bagi kita untuk menentukan dasar neraca yang mensponsori segala pertimbangan kita: apakah ini urusan salah dan benar, atau sebetulnya cocok dan tak cocok? Jika urusannya yang pertama, selamanya kita terjebak dalam debat kusir karena setiap orang akan merasa yang paling benar. Jika urusannya yang kedua, masalah akan lebih cepat selesai.
Kecocokan saya bukan berarti kecocokan Anda, dan sebaliknya. Namun seperti yang kita amati dan alami, lebih sering kita memilih yang pertama agar berputar dalam debat yang tak kunjung selesai. Semalam, saya menerima sms massal yang mengatasnamakan ibu-ibu seluruh Indonesia yang mengungkapkan kekecewaannya pada seorang tokoh yang berpoligami. Pada malam yang sama, sahabat saya menelepon dan kami mengobrolkan konsep poliamori (hubungan cinta lebih dari satu). Alhasil, saya terbawa untuk merenungi beberapa hal sekaligus.
Pertama, orang yang kita kenal sebatas persona memang hanya kita miliki personanya saja. Persona adalah lapisan informasi paling rapuh, pengenalan paling dangkal, dan oleh karena itu paling cepat musnah. Orang yang tidak kita kenal paling gampang untuk dijustifikasi ketimbang orang yang kita kenal dekat.
Kedua, apakah monogami-poligami dan monoamori-poliamori ini adalah sekat-sekat tegas yang menentangkan nurani versus ego dan 'setia' versus 'buaya'? Mungkinkah dikotomi itu sesungguhnya proses cair yang senantiasa berubah sesuai tahapan yang dijalani seseorang, ketimbang karakteristik baku yang harus dipilih atau distigmakan sekali seumur hidup? Sungguh tidak mudah menjadi seseorang yang personanya diklaim sebagai milik umat banyak. Persona seperti secabik tisu yang dengan mudah dienyahkan, diganti dengan tisu baru lainnya yang dianggap lebih bagus dan benar. Banyak dari kita bermimpi dan berjuang mati-matian agar secabik diri kita dimiliki banyak orang.
Hidup demikian memang sepintas menyenangkan dan menguntungkan, meski konsekuensinya titian tali yang kita jalani semakin tipis. Ilmu keseimbangan kita harus terus diperdalam. Tali itu harus dijalani ekstra hati-hati. Tidak mudah juga menjadi seseorang yang sangat teguh berpegang pada persona orang lain, pada mereka yang dianggap tokoh, teladan, panutan. Status selebriti bisa ada karena persona yang dipabrikasi massal lewat media lalu 'selebaran'-nya menjumpai kita, dan kita pungut. Kita mengoleksi persona mereka seperti pemungut selebaran. Terkadang kita lupa, pengenalan dan pemahaman kita hanya sebatas iklan yang tertera. Oleh karenanya justifikasi yang kita lakukan seringnya bagai memecah air dengan batu; sementara dan percuma saja. Tak terasa efeknya bagi hidup kita, tak juga bagi hidup yang bersangkutan.
Kita yang kecewa barangkali bukan karena cinta telah diduakan. Cinta tak bertuan. Kitalah abdiabdi cinta, mengalir dalam arusnya. Persepsi kitalah yang telah diduakan. Lalu kita merasa sakit, kita merasa dikhianati. Namun tengoklah apa yang sungguh-sungguh kita pegang selama ini. Perlukah kita ikut berteriak jika yang kita punya hanyalah selebarannya saja, bukan barangnya? Barangkali ini momen tepat untuk mengevaluasi aneka selebaran yang telah kita kumpulkan dan kita percayai mati-matian. Betapa seringnya kita hanyut dalam kecewa, padahal persepsi kitalah yang dikecewakan. Betapa seringnya kita menyalahkan pihak lain, padahal ketakberdayaan kita sendirilah yang ingin kita salahkan. Apapun persepsi kita atas cinta, tak ada salahnya bersiap untuk senantiasa berubah. Jika hidup ini cair maka wadah hanyalah cara kita untuk memahami yang tak terpahami. Banyak cara untuk mewadahi air, finit mencoba merangkul infinit, tapi wadah bukan segalanya. Pelajaran yang dikandungnyalah yang tak berbatas dan selamanya tak bertuan, yang satu saat menghanyutkan dan melumerkan carik-carik selebaran yang kita puja. Siap tak siap, rela tak rela.
Cerpen Beby
Senyum ini selalu ada di setiap detik dirinya menatapku, entah apa yang aku fikirkan aku hanya mampu tersenyum saat mendengar dirinya mengatakan “aku sayang kamu. Mau kah kamu menjadi pacarku?”
Tak mampu ku menjawab rasa bingung pun menderaku baru dua kali kita ketemu, baru dua kali kita jalan bareng dia sudah berani mengatakan cinta padaku. Mungkinkah ini cinta sesaat atau hanya pelampiasaan hatinya. Tapi sekali lagi dia mengatakan kata-kata cinta itu dan meyakinkan ku bahwa dia benar-benar jatuh cinta padaku sejak pertama kali dia bertemu. Dan kali ini aku mulai percaya kata-katanya karena dia mengatakannya dengan tatapan tulus penuh cinta. Aku pun mencoba meyakinkan hati ku bahwa benar dia yang mampu mengobati luka lamaku. Dengan lantang pun aku menjawab “iya aku mau jadi pacarmu”.
Senyum gembira itu pun merekah dari bibirnya yang merah alami lalu dia pun menggenggam tanganku erat dan mencoba meyakinkan bahwa memang dia yang selalu ada di saat aku susah maupun senang. Aku hanya mampu tersenyum, dan tersenyum. Lelaki berperawakkan tinggi besar dan berkulit putih ini yang mampu meluluhkan hati ku yang membeku setelah satu tahun. Ardi nama pria itu nama yang selalu menemani ku di hari-hari selanjutnya nanti. “sayang, jangan lupa makan y…? aku gak mau kalo sampe maag kamu kambuh lagi” ucap ardi saat aku mengangkat telfon darinya yang terdengar setengah khawatir. mungkin karena seharian ini aku tak memberi kabar kepadanya karena aku sangat sibuk dengan kegiatan di kampus, maklum lah saat ini aku tercatat sebagai salah satu mahasiswa baru di salah satu perguruan tinggi negeri di kota ku.
“iya sayang sebentar lagi ya aku makannya naggung ne…..ok sayang?” jawabku dengan nada sedikit manja.
“ iya terserah yang pasti aku gak mau gara-gara kamu terlalu sibuk kamu jadi sakit” ucapnya masih dengan nada setengah khawatir.
“iya sayang, aku pasti makan kok. Kamu sendiri udah makan belum?” Tanya ku pada ardi.
“udah tadi. Ya sudah sekarang kamu lanjutin ajja dulu pekerjaan kamu nanti kalau udah selsai aku telfon lagi.” Ardi pun menutup telfonnya aku pun kembali melanjutkan pekerjaanku tapi ntah mengapa tiba-tiba terlintas sesuatu fikiran yang sebenarnya tak pernah aku perdulikan setelah 1 bulan lebih aku menjalani hubungan bersama Ardi.
Keyakinan y….keyakinan kami berdua memang berbeda sebenarnya selama ini kami tak pernah mempermasalahkan soal keyakinan kami yang berbeda selama ini kami saling bertoleransi dengan keyakinan masing-masing bahkan kami saling mengingat kan satu sama lain agar tidak lupa untuk beribadah dan orang tua ku juga tidak mempermasalahkan hubungan kami yang berbeda keyakinan.
Tapi entah mengapa malam ini terlintas fikiran ini seperti beban yang menumpuk di kepalaku terasa berat hingga ku tak mampu memikulnya. “happy britday” hari ini adalah hari ulantahun ku yang ke-18 tahun inbox handphone atau pun inbox e-mail ku penuh dengan ucapan dari teman-temanku.
Tapi mengapa tak ada satu ucapan dari Ardi padahal aku berharap dia lah menjadi orang pertama yang mengucapkan “happy britday”. ke mana dia??? Sudah satu minggu ini sifatnya tag seperti Ardi yang kukenal dulu, tag seperti Ardi 2 bulan yang lalu yang mengatakan cinta padaku. Padahal s’ingat ku kami tidak sedang bertengkar bahkan kami tak pernah bertengkar sama sekali, tapi mengapa sifatnya bisa berubah 180 derajat seperti ini.
Hampir lewat sudah hari yang seharusnya menjadi hari bahagiaku, tapi dia benar-benar tak ada menghubungiku apa yang sbenarnya terjadi apa salahku??. 2 hari setelah hari bahagiaku dia pun masih belum ada memberi kabar padaku apa yang terjadi?? Apa salahku?? Sedang apa dia??? Begitu banyak pertanyaan yang hinggap di kepalaku. Aku pun mencoba menghubunginya dengan segala keberanian yang ku punya. “hallo…..” terdengar suara wanita di seberang sana aku bingung siapa dia??? Hatiku berdebar sangat kencang lalu aku pun memberanikan diri untuk berkata “maaf ini benar handphonenya Ardi Pratama???” tanyaku dengan suara yang bergetar “iya benar. Saya mamanya” mendengar jawaban ini hatiku sedikit lega walaupun hati ku masih sangat berdebar karena bukan ardi yang mengangkat telfonku. Dan mengapa handphone Ardi bisa ada sama mamanya ada apa dengan Ardi?? Lalu aku pun memberanikan diri untuk mulai bertanya.
“ Maaf tante saya Bela temannya ardi bisa saya bicara dengan ardi tante??” tanyaku.
“ouwh…jadi kamu bela??? Tunggu sebentar y….?” jawab mamanya Ardi dengan nada yang sebenarnya gak enak di dengar.
“Halo ada apa bel??” ucap pria di sebrang sana dan itu adalah Ardi, tapi kenapa dia gak panggil aku dengan sebutan “sayang???” Semenjak kita jadian Ardi selalu memanggilku sayang tapi kenapa kali ini dia memanggilku dengan namaku?? BELA???. “sayang, kamu k mana aja sih???tau gak aku kangen banget sama kamu.” Ucapku dengan nada senang karena aku sudah mendengar suara Ardi yang ternyata memang baik-baik saja. “ maaf bel, beberapa hari ini aku gak ada kasih kabar ke kamu” belum selesai Ardi berkata aku segera memotong ucapan Ardi “ udahlah gak papa sayang. Malam ini keluar yuk…. Udah lama kita gak keluar bareng aku pengen dinner sama kamu” ucapku. “ Maaf bel…aku gak bisa tapi nanti malam aku mau ke rumah kamu boleh y…?? aku pengen ngomong sesuatu” ucapnya dengan nada lesu dan aku mulai curiga walaupun dia belum mengatakan masalah apa yan ingin di bicarakannya air mataku sudah mengalir deras. Dan sebenarnya aku sudah ada firsat lain. “ehmp…iya boleh aja aku tunggu kamu y” lalu aku pun menutup telfon ku karena aku sudah tak mampu berkata karena firasat ku begitu kuat kalau dia akan mengatakan sesuatu yang sebenarnya tak ingin ku dengar. “kamu mau ngomong apa sih sayang???” dengan mata merah aku memberanikan untuk menatap Ardi yang saat itu sudah duduk di sofa ruang tamu rumahku. Lalu Ardi pun memeluk tubuhku erat dan berkata “Selamat ulang tahun sayang. Maaf aku telat ngucapinnya.” Ucap Ardi dengan nada yang bergetar, dan aku pun sudah tak mampu menahan air mataku yang deras mengalir keluar dari pelupuk mataku.. “iya gak papa sayang aku bisa maklum mungkin kamu lagi sibuk” dengan suara tersendat aku berkata.
Masih dengan pelukkan eratnya dia berkata ”sayang maaf y…kalau selama ini aku ada salah sama kamu. Sebenarnya kamu udah tau kan aku mau ngomong apa sekarang sama kamu karena aku tau felling kamu sangat kuat.” Sungguh tak mampu aku mendengar lanjutan kata-katanya aku hanya mampu menangis dan memeluk lebih erat lagi. “Aku mau kita Putus bel, sebenarnya aku gak mau dan gak mampu kalo harus pisah dari kamu. Tapi ini bukan kemauan aku bel. Ini kemauan orangtua ku karena mereka tau kalau hubungan kita adalah hubungan dengan beda keyakinan dan mereka ingin aku udah mulai berhubungan serius.” Ucap Ardi dengan nada yang sangat bergetar.
Aku pun tak kuasa mendengarnya dan hanya mampu berdoa kalau ini hanyalah mimpi atau waktu dapat tiba-tiba berhenti berputar. “Maaf bel…… itu yang menyebabkan aku beberapa hari ini tidak menghubungi kamu karena aku gak tega harus ngomong ini sama kamu aku sayang kamu bel…aku cinta kamu bel…bahkan aku berharap hanya kamu yang terakhir dalam hidupku maafkan aku bel….hari ini hari terakhir ku di sini besok aku sudah harus masuk asrama bel…” aku semakin tak mampu mendengar kata-katanya aku tau dia selama ini sedang mengikuti test di salah satu sekolah kedinasan di kota kami. “Aku sayang kamu di..gak adakah cara lain agar kita tetap bisa bersama”ucapku dengan nada yang tesendat-sendat. “gak ada bel..aku gak berani ngelawan kemauan orang tuaku bel maaf….s’moga waktu yang dapat menjawab semua doa kita bel….yang pasti aku selalu sayang dan cinta kamu bel…hanya kamu dan untuk kamu bel…” air mataku s’makin deras hingg tak mampu terbendung lagi. Lalu Ardi pun melepaskan pelukkannya dan mengecup keningku. “Aku sayang kamu bel….sekarang aku hanya mampu berdoa agar aku dan kamu mampu melewati semua ini dan waktu segera menjawab penantian kita agar kita dapat bersama lagi” lalu Ardi pun pergi meninggalkan ku yang masih terduduk sedih dengan uraian air mata yang tak mampu tebendung lagi. Kenapa…kenapa harus perbedaan keyakinan yang memisahkan kita… tidak kah kekuatan cinta mampu mengalahkan semuanya??? Aku akan s’lalu menanti mu..menanti kamu kembali memeluk dan mgecupku lagi Ardi Pratama.
SKIAN THX^^v